Hei, para mahasiswa calon profesional! Pernahkah kamu merasa bingung atau minder saat harus mulai menyusun CV dan portofolio? Jangan khawatir, kamu tidak sendirian. Banyak mahasiswa yang merasa terintimidasi dengan proses ini, padahal CV dan portofolio adalah tiket emas kamu menuju magang impian, pekerjaan pertama, atau bahkan beasiswa bergengsi. Di era digital ini, rekruter menerima ratusan, bahkan ribuan, lamaran untuk satu posisi. Pertanyaannya, bagaimana caramu bisa menonjol di antara lautan pelamar? Jawabannya ada pada CV dan portofolio yang menarik perhatian, relevan, dan teroptimasi.
Artikel ini akan menjadi panduan lengkapmu untuk merancang CV dan portofolio yang bukan hanya sekadar daftar riwayat hidup atau kumpulan karyamu, tetapi juga cerminan profesionalisme dan potensi luar biasamu. Kita akan bedah tuntas mulai dari dasar, kesalahan umum yang sering terjadi, hingga tips dan trik jitu agar CV dan portofoliomu bisa “auto lolos” seleksi awal rekruter. Siap untuk upgrade dirimu dan jemput peluang terbaik? Yuk, kita mulai!
Pentingnya CV dan Portofolio Bagi Mahasiswa
Mungkin ada di antara kamu yang berpikir, “Ah, aku kan masih mahasiswa, belum punya banyak pengalaman. CV dan portofolio itu nanti saja kalau sudah lulus.” Eits, pemikiran itu keliru besar! Justru sebagai mahasiswa, CV dan portofolio adalah senjata utama untuk membuktikan bahwa kamu lebih dari sekadar nilai di transkrip akademik.
CV (Curriculum Vitae) adalah dokumen yang merangkum pendidikan, pengalaman (baik itu organisasi, kepanitiaan, atau magang), keterampilan, dan pencapaianmu. Ini adalah kesan pertama yang kamu berikan kepada calon pemberi kerja atau pihak yang menawarkan kesempatan. CV yang kuat menunjukkan bahwa kamu adalah individu yang terorganisir, punya tujuan, dan mampu mengkomunikasikan nilai dirimu secara efektif.
Sementara itu, Portofolio adalah kumpulan bukti konkret dari keterampilan dan kemampuanmu, khususnya bagi kamu yang berkecimpung di bidang kreatif seperti desain, menulis, fotografi, pengembangan web, atau bahkan riset. Jika CV menceritakan apa yang sudah kamu lakukan, portofolio menunjukkan apa yang bisa kamu lakukan. Bayangkan, rekruter bisa langsung melihat hasil karyamu! Ini jauh lebih powerful daripada hanya sekadar menulis “menguasai Adobe Photoshop” di CV-mu. Dengan portofolio, kamu bisa menunjukkan proyek-proyek desainmu, artikel yang pernah kamu tulis, kode program yang kamu kembangkan, atau bahkan hasil risetmu yang mendalam.
Mengapa keduanya sangat penting, bahkan sejak kamu masih berstatus mahasiswa?
- Pintu Gerbang ke Kesempatan: Magang, part-time job, volunteer, beasiswa, program pertukaran pelajar, hingga student exchange seringkali mensyaratkan CV dan/atau portofolio. Ini adalah cara pertama mereka mengenalmu.
- Membangun Personal Branding: CV dan portofolio membantumu membangun citra profesional sejak dini. Ini menunjukkan keseriusanmu dalam meniti karier dan kesiapanmu menghadapi dunia kerja.
- Keunggulan Kompetitif: Di tengah persaingan yang ketat, mahasiswa yang sudah memiliki CV dan portofolio yang terstruktur dan menarik akan selangkah lebih maju dibanding yang lain. Kamu menunjukkan inisiatif dan proaktivitas.
- Refleksi Diri: Proses menyusun CV dan portofolio juga menjadi ajang refleksi diri. Kamu akan menganalisis kembali apa saja yang sudah kamu capai, keterampilan apa yang kamu miliki, dan ke mana arah kariermu. Ini penting untuk pengembangan diri.
- Jejak Digital yang Positif: Memiliki portofolio digital yang profesional juga berkontribusi pada jejak digitalmu. Rekruter saat ini seringkali mencari informasi kandidat melalui internet, dan portofolio yang rapi akan memberikan kesan positif.
Intinya, jangan tunda lagi! Mempersiapkan CV dan portofolio sejak mahasiswa adalah investasi terbaik untuk masa depan kariermu.
Anatomi CV Mahasiswa yang Memikat Rekruter
Membangun CV bukan sekadar mengisi formulir. Ada “anatomi” tertentu yang perlu kamu pahami agar CV-mu tidak hanya informatif, tetapi juga memikat. Ingat, rekruter hanya punya waktu singkat (seringkali kurang dari 10 detik!) untuk scan setiap CV. Jadi, pastikan CV-mu langsung “berbicara”.
Berikut adalah bagian-bagian penting dari CV yang efektif untuk mahasiswa:
- Informasi Kontak:
- Nama Lengkap: Gunakan nama yang konsisten dengan dokumen resmi.
- Nomor Telepon: Pastikan aktif dan mudah dihubungi.
- Email Profesional: Hindari email alay (contoh: “cutecatlover99@gmail.com”). Gunakan format nama.nama@email.com.
- Lokasi (Opsional): Cukup kota/provinsi, tidak perlu alamat lengkap.
- Link Profil Profesional: Ini WAJIB hukumnya! Cantumkan link LinkedIn, portofolio online (jika ada), atau GitHub (untuk bidang teknis). Pastikan semua link aktif dan profilmu up-to-date.
- Ringkasan Diri/Profil Profesional (Opsional tapi Sangat Direkomendasikan):
- Ini adalah paragraf singkat (2-4 kalimat) di bagian atas CV yang merangkum siapa kamu, apa keahlian utamamu, dan apa tujuan kariermu. Ini adalah “elevator pitch” CV-mu.
- Contoh: “Mahasiswa Ilmu Komunikasi semester 6 dengan IPK 3.8, berpengalaman dalam manajemen media sosial dan penulisan konten. Aktif dalam organisasi kemahasiswaan dengan fokus pada event management. Bersemangat untuk menerapkan kemampuan komunikasi dan kreativitas dalam peran magang di bidang pemasaran digital.”
- Pendidikan:
- Cantumkan pendidikan terakhirmu (Universitas, Jurusan, Tahun Masuk-Lulus/Estimasi Lulus).
- IPK: Sertakan jika IPK-mu memuaskan (umumnya di atas 3.0 atau 3.5 tergantung standar jurusan/industri).
- Penghargaan Akademik: Jika ada, seperti cum laude, beasiswa prestasi, atau dean’s list.
- Kursus Relevan/Proyek Utama: Sebutkan mata kuliah atau proyek akademik yang sangat relevan dengan posisi yang dilamar.
- Pengalaman (Organisasi/Kepanitiaan/Magang/Relawan/Part-time):
- Ini adalah bagian krusial bagi mahasiswa. Jangan hanya fokus pada magang; pengalaman organisasi, kepanitiaan, atau relawan juga sangat berharga!
- Gunakan format: Nama Jabatan, Nama Organisasi/Perusahaan, Bulan Tahun Mulai – Bulan Tahun Selesai.
- Di bawah setiap pengalaman, gunakan bullet point untuk menjelaskan tanggung jawab dan, yang paling penting, PENCAPAIANMU. Gunakan angka atau data kuantitatif jika memungkinkan.
- Bukan: “Mengelola media sosial.”
- Lebih Baik: “Meningkatkan engagement media sosial sebesar 25% dalam 3 bulan melalui strategi konten baru.”
- Bukan: “Ikut serta dalam acara.”
- Lebih Baik: “Berperan sebagai koordinator divisi logistik untuk acara yang dihadiri 500+ peserta.”
- Fokus pada skill yang relevan dengan posisi yang kamu lamar.
- Keterampilan (Skills):
- Pisahkan menjadi beberapa kategori:
- Keterampilan Teknis (Hard Skills): Software (Ms. Office, Adobe Suite, Python, AutoCAD), Bahasa Asing (dengan level: Fluent, Intermediate, Basic), Data Analysis, dll.
- Keterampilan Lunak (Soft Skills): Komunikasi, Kepemimpinan, Kerja Sama Tim, Pemecahan Masalah, Kreativitas, Adaptabilitas. Jangan hanya menyebutkan, tapi tunjukkan di bagian pengalamanmu bagaimana kamu menerapkannya.
- Gunakan keywords dari deskripsi pekerjaan yang kamu lamar. Ini penting untuk sistem ATS (Applicant Tracking System) yang sering digunakan rekruter.
- Pisahkan menjadi beberapa kategori:
- Penghargaan dan Sertifikasi (Opsional):
- Cantumkan jika ada penghargaan (kompetisi, hackathon) atau sertifikasi profesional yang relevan.
- Bahasa (Opsional):
- Sebutkan bahasa yang kamu kuasai beserta tingkat kemahirannya (misalnya, Indonesia – Native, Inggris – Advanced).
Tips Tambahan untuk CV Mahasiswa:
- Singkat dan Padat: Untuk mahasiswa, 1 halaman CV sudah cukup. Maksimalkan setiap ruang dengan informasi yang relevan dan terstruktur.
- Desain Minimalis dan Profesional: Hindari desain yang terlalu ramai. Gunakan font yang mudah dibaca (misalnya Arial, Calibri, Times New Roman), ukuran yang pas, dan layout yang bersih.
- Gunakan Template: Banyak template CV gratis di Canva, Microsoft Word, atau Google Docs yang bisa kamu manfaatkan. Pilih yang profesional.
- Kustomisasi: Selalu sesuaikan CV-mu dengan setiap posisi yang kamu lamar. Jangan gunakan satu CV untuk semua lamaran. Pelajari deskripsi pekerjaan dan sesuaikan keywords serta pengalaman yang kamu sorot.
- Proofread: Periksa ulang berkali-kali! Kesalahan ketik atau tata bahasa akan mengurangi kesan profesionalmu. Minta teman atau dosen untuk membantumu proofread.
- Simpan dalam Format PDF: Selalu kirim CV dalam format PDF agar layout-nya tidak bergeser dan terlihat profesional di perangkat manapun.
Membuat Portofolio Digital yang Menarik dan Efektif
Setelah CVmu kinclong, saatnya memoles portofolio! Seperti yang sudah dibahas, portofolio adalah bukti nyata dari skill dan kreativitasmu. Untuk mahasiswa, portofolio digital adalah pilihan paling praktis dan efektif.
Siapa yang Butuh Portofolio?
Hampir semua bidang bisa diuntungkan dengan portofolio, terutama:
- Desain: Desain Grafis, Desain Produk, Desain Web, UI/UX.
- Media & Kreatif: Penulis, Fotografer, Videografer, Animator, Ilustrator, Content Creator.
- IT/Tech: Programmer, Web Developer, Data Scientist (bisa menampilkan proyek-proyek coding atau analisis data).
- Arsitektur/Teknik Sipil: Desain Bangunan, Gambar Teknik.
- Bahkan bidang non-kreatif: Jika kamu punya proyek riset, laporan mendalam, atau presentasi impactful, bisa juga kamu tampilkan.
Platform Portofolio Digital Populer untuk Mahasiswa:
- Behance/Dribbble: Sangat populer untuk desainer grafis, UI/UX, ilustrator. Mudah digunakan, tampilan profesional, dan punya komunitas besar.
- WordPress.com/Blogger.com: Fleksibel untuk berbagai jenis portofolio, dari penulis, jurnalis, hingga fotografer. Bisa disesuaikan lebih lanjut.
- Wix/Squarespace: Cocok untuk membuat website portofolio yang lebih personal dan artistik dengan drag-and-drop. Cocok bagi kamu yang ingin tampilan unik.
- GitHub: Wajib bagi programmer dan developer. Tempat terbaik untuk menampilkan coding projects, kontribusi open source, dan kemampuan teknismu.
- Google Drive/Dropbox (sebagai alternatif sederhana): Jika kamu ingin cepat, bisa mengunggah karya ke Google Drive/Dropbox dan membagikan link folder publik. Namun, ini kurang profesional dibanding platform khusus.
- LinkedIn (Bagian “Featured” atau “Publications”): Kamu bisa menambahkan link proyek, dokumen, atau video langsung ke profil LinkedInmu.
Elemen Kunci Portofolio Digital yang Efektif:
- Pilih Karya Terbaikmu: Kualitas lebih penting daripada kuantitas. Pilih 5-10 proyek terbaikmu yang paling menunjukkan keterampilan dan potensimu.
- Tunjukkan Proses, Bukan Hanya Hasil Akhir: Untuk setiap proyek, jangan hanya menampilkan gambar atau file akhirnya. Jelaskan juga:
- Tantangan/Masalah: Apa masalah yang ingin kamu pecahkan?
- Tujuan Proyek: Apa yang ingin kamu capai?
- Peranmu: Apa kontribusimu dalam proyek tersebut? (penting jika itu proyek tim)
- Proses Desain/Pengerjaan: Bagaimana kamu mengerjakannya? (sketsa, wireframe, riset, revisi, dll.)
- Hasil/Dampak: Apa hasil dari proyek tersebut? (angka, feedback, pelajaran yang diambil)
- Tulis Deskripsi yang Menarik: Gunakan bahasa yang jelas, ringkas, dan profesional. Hindari jargon yang tidak perlu.
- Tampilan Profesional:
- Konsisten: Gunakan branding pribadi yang konsisten (font, warna, layout).
- Navigasi Mudah: Pengunjung harus bisa dengan mudah menemukan karyamu dan informasi kontakmu.
- Responsif: Pastikan portofolio terlihat bagus di berbagai perangkat (komputer, tablet, smartphone).
- Informasi Kontak Jelas: Pastikan ada cara mudah bagi rekruter untuk menghubungimu.
- Perbarui Secara Berkala: Tambahkan proyek-proyek baru dan hapus yang sudah tidak relevan. Portofolio adalah dokumen hidup!
- Minta Feedback: Setelah selesai, mintalah teman, mentor, atau dosen untuk memberikan masukan.
Portofolio adalah kanvas digitalmu untuk memamerkan kehebatanmu. Manfaatkan sebaik mungkin!
Kesalahan Umum dalam Menyusun CV dan Portofolio (dan Cara Menghindarinya)
Banyak mahasiswa yang sudah berusaha menyusun CV dan portofolio, tapi kadang masih melakukan kesalahan kecil yang berakibat fatal. Yuk, kenali dan hindari kesalahan-kesalahan umum ini:
- Kesalahan di CV:
- Kesalahan Penulisan/Tata Bahasa: Ini adalah deal-breaker instan. Kesalahan sepele menunjukkan kurangnya perhatian terhadap detail. Selalu proofread dan minta orang lain mengecek.
- Format yang Berantakan/Tidak Konsisten: Menggunakan font atau ukuran yang berbeda, layout yang tidak rapi, atau spasi yang tidak konsisten membuat CV sulit dibaca dan tidak profesional.
- Informasi Tidak Relevan: Mencantumkan hobi yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, atau pengalaman yang sudah sangat lama dan tidak relevan. Fokus pada apa yang penting untuk posisi yang dilamar.
- Terlalu Panjang: Untuk mahasiswa, CV 1 halaman itu ideal. Jangan memaksakan diri sampai 2-3 halaman jika isinya bisa diringkas. Rekruter tidak punya waktu membaca detail yang tidak perlu.
- Tidak Ada Angka/Pencapaian: Hanya menulis tanggung jawab (misal: “Mengatur acara”) tanpa menyebutkan hasilnya (misal: “Mengatur acara yang dihadiri 200+ peserta dan berhasil mengumpulkan dana Rp 5 juta”). Angka menunjukkan dampak.
- Menggunakan Bahasa yang Tidak Profesional: Hindari singkatan gaul atau bahasa santai. Gunakan bahasa formal namun tetap mudah dimengerti.
- Foto Profil Tidak Profesional (Jika Mencantumkan): Jika kamu memutuskan mencantumkan foto, pastikan itu foto formal, latar belakang netral, dan ekspresi yang ramah/profesional. Hindari foto selfie, foto liburan, atau foto yang kurang jelas. Sebenarnya, di Indonesia foto masih umum diminta, namun di beberapa negara tidak relevan bahkan dihindari untuk mencegah bias. Sesuaikan dengan budaya perusahaan/industri yang dilamar.
- Kesalahan di Portofolio:
- Kualitas Proyek yang Buruk: Lebih baik menampilkan sedikit proyek berkualitas tinggi daripada banyak proyek biasa-biasa saja.
- Tidak Ada Konteks: Hanya menampilkan gambar atau link tanpa penjelasan background proyek, peranmu, atau hasilnya. Rekruter tidak tahu apa yang harus mereka cari.
- Navigasi yang Sulit: Pengunjung kesulitan menemukan proyek atau informasi kontakmu. Buat sesederhana mungkin.
- Tidak Responsif: Portofolio terlihat bagus di laptop, tapi berantakan di ponsel. Pastikan mobile-friendly.
- Link Mati/Rusak: Ini sangat fatal. Selalu cek ulang semua link sebelum membagikannya.
- Tidak Diperbarui: Portofolio yang tidak diperbarui menunjukkan bahwa kamu tidak aktif atau tidak serius.
- Hanya Menampilkan Hasil Akhir: Tidak menunjukkan proses di balik proyek. Proses seringkali lebih penting daripada hasil akhir, karena menunjukkan problem-solving skills dan caramu berpikir.
Menghindari kesalahan ini adalah langkah awal untuk memastikan CV dan portofolio-mu lolos dari “lubang hitam” HRD!
Optimasi CV dan Portofolio untuk Berbagai Peluang
Kamu sudah punya CV dan portofolio yang oke. Tapi, apakah satu versi bisa untuk semua lamaran? Jawabannya: TIDAK! Untuk hasil maksimal, kamu perlu mengoptimasi CV dan portofolio-mu sesuai dengan target peluang. Ini bukan berarti kamu harus membuat dari nol setiap kali, tapi melakukan penyesuaian.
- Kenali Target Perusahaan/Organisasi:
- Riset: Pelajari visi misi, nilai-nilai, budaya perusahaan, dan jenis proyek yang sering mereka kerjakan.
- Deskripsi Pekerjaan: Ini adalah goldmine! Perhatikan baik-baik keywords yang mereka gunakan untuk keterampilan yang dicari, tanggung jawab, dan kualifikasi.
- Kustomisasi CV:
- Pilih Pengalaman Relevan: Jika kamu melamar magang di bidang pemasaran digital, tonjolkan pengalamanmu di media sosial atau penulisan konten, meskipun kamu punya pengalaman di bidang lain.
- Gunakan Kata Kunci (Keywords): Sisipkan keywords dari deskripsi pekerjaan ke dalam ringkasan diri, bagian pengalaman (terutama di pencapaian), dan skills. Ini sangat krusial untuk lolos sistem ATS.
- Sesuaikan Summary: Ubah summary CV-mu agar langsung menyoroti bagaimana keahlianmu cocok dengan posisi yang dilamar.
- Format: Beberapa industri mungkin lebih suka format CV tertentu (misalnya, CV kreatif untuk agensi desain, atau CV akademik untuk riset).
- Kustomisasi Portofolio:
- Pilih Proyek yang Paling Relevan: Jika kamu melamar sebagai UI/UX Designer di sebuah startup teknologi, tampilkan proyek desain aplikasi atau website yang pernah kamu buat, bahkan jika itu proyek pribadi. Abaikan proyek desain grafis untuk event kampus yang tidak relevan.
- Susun Ulang Urutan Proyek: Letakkan proyek yang paling relevan dan paling kuat di bagian atas portofolio agar langsung terlihat.
- Tekankan Skill yang Relevan: Dalam deskripsi proyek, tekankan keterampilan yang paling dicari oleh posisi yang kamu lamar. Misal, jika mereka mencari problem-solving skill, ceritakan bagaimana kamu memecahkan masalah dalam proyek tersebut.
- Buat Versi Spesifik (Jika Perlu): Untuk peluang yang sangat spesifik, kamu mungkin perlu membuat versi portofolio yang lebih terfokus. Misalnya, satu untuk desain grafis, satu lagi untuk web development.
- Optimasi SEO (Search Engine Optimization) untuk Portofolio Online:
- Jika kamu menggunakan website portofolio sendiri (WordPress, Wix), gunakan keywords yang relevan di judul halaman, deskripsi proyek, dan URL.
- Pastikan gambar-gambar di portofoliomu dioptimasi (ukuran file tidak terlalu besar, menggunakan alt text). Ini akan dibahas lebih lanjut di bagian keterangan gambar.
Ingat, setiap lamaran adalah kesempatan untuk menunjukkan bahwa kamu adalah kandidat yang paling tepat. Kustomisasi adalah kuncinya!
Strategi Melamar Kerja yang Jitu dengan CV dan Portofolio
CV dan portofolio sudah siap, lalu apa selanjutnya? Bukan hanya sekadar “kirim, lalu tunggu”. Ada strategi jitu dalam proses melamar kerja yang akan memaksimalkan peluangmu.
- Pencarian Peluang yang Tepat:
- Platform Lowongan: Gunakan platform seperti LinkedIn, JobStreet, Glints, Kalibrr, atau website khusus industri. Jangan lupa cek juga website karier perusahaan impianmu.
- Jaringan (Networking): Ini adalah salah satu cara paling efektif. Hadiri job fair, webinar, seminar, atau acara industri. Terhubung dengan alumni, dosen, atau profesional di bidangmu. Banyak peluang bagus datang dari rekomendasi.
- Media Sosial: Ikuti akun-akun lowongan kerja atau influencer karier di media sosial.
- Peluang Internal Kampus: Cek papan pengumuman kampus, grup WhatsApp/Line mahasiswa, atau informasi dari pusat karier kampusmu.
- Surat Lamaran (Cover Letter) yang Personal:
- Jangan pernah meremehkan cover letter! Ini adalah kesempatanmu untuk “bercerita” lebih dalam dari CV.
- Personalisasi: Hindari cover letter generik. Sebutkan nama rekruter (jika tahu), nama perusahaan, dan posisi yang dilamar.
- Fokus pada Nilai: Jelaskan mengapa kamu tertarik pada posisi tersebut dan bagaimana keterampilan serta pengalamanmu bisa memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
- Singkat dan Padat: 3-4 paragraf sudah cukup.
- Panggilan Bertindak (Call to Action): Akhiri dengan kalimat yang menyatakan harapanmu untuk diundang wawancara dan berterima kasih.
- Sesuaikan dengan CV: Pastikan cover letter menyoroti aspek-aspek di CV-mu yang paling relevan.
- Waktu Pengiriman Lamaran:
- Jangan Tunda: Jika kamu melihat lowongan yang cocok, segera kirim lamaran. Posisi seringkali terisi dengan cepat.
- Perhatikan Batas Waktu: Pastikan kamu mengirim sebelum deadline.
- Manfaatkan LinkedIn Secara Maksimal:
- Profil Lengkap: Pastikan profil LinkedInmu lengkap dan up-to-date. Ini seringkali menjadi “CV digital” keduamu.
- Aktif Berinteraksi: Ikuti perusahaan dan profesional di bidangmu, like, comment, dan bagikan konten yang relevan. Ini meningkatkan visibilitasmu.
- Minta Rekomendasi: Minta dosen, mentor, atau supervisor magang untuk menuliskan rekomendasi di profil LinkedInmu.
- Persiapan Wawancara:
- Jika CV dan portofolio-mu sukses membawa kamu ke tahap wawancara, selamat! Ini adalah kesempatanmu untuk menunjukkan kepribadian dan kemampuan komunikasi.
- Riset Mendalam: Pelajari lebih lanjut tentang perusahaan, produk/layanannya, dan orang yang akan mewawancaraimu (jika tahu).
- Latih Jawaban: Siapkan jawaban untuk pertanyaan umum seperti “Ceritakan tentang dirimu,” “Apa kelebihan/kekuranganmu,” atau “Mengapa kamu tertarik pada posisi ini.”
- Siapkan Pertanyaan: Ajukan pertanyaanmu sendiri di akhir wawancara. Ini menunjukkan minat dan proaktivitasmu.
- Pakai Pakaian Rapi: Kesan pertama itu penting!
- Ucapkan Terima Kasih: Kirimkan follow-up email singkat setelah wawancara untuk mengucapkan terima kasih.
Menguasai seni menyusun CV dan portofolio adalah langkah awal. Menerapkannya dalam strategi lamaran yang cerdas akan membuka lebih banyak pintu kesempatan. Ingat, setiap penolakan adalah pembelajaran, dan setiap usaha akan membuahkan hasil. Tetap semangat, terus belajar, dan jangan pernah berhenti berjejaring. Masa depan kariermu ada di tanganmu, Hamda! Jadikan CV dan portofolio-mu sebagai representasi terbaik dari dirimu.
Responses