Hal yang Jarang Diketahui tentang Hari Kebangkitan Nasional

Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.

Cinulu.com – Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Namun, banyak dari kita yang hanya mengenalnya sebagai “hari bersejarah” tanpa benar-benar memahami makna terdalam, latar belakang, dan berbagai fakta menarik yang menyertainya. Dalam artikel ini, kita akan mengungkap beberapa hal yang jarang diketahui tentang Hari Kebangkitan Nasional, mulai dari aspek sejarah, tokoh-tokoh kunci, hingga refleksi kritis terhadap maknanya di masa kini.

1. Hari Kebangkitan Nasional Tidak Diperingati Sejak Awal Kemerdekaan

Salah satu fakta menarik yang jarang diketahui adalah bahwa peringatan Hari Kebangkitan Nasional tidak dilakukan sejak awal kemerdekaan Indonesia. Meskipun organisasi Boedi Oetomo berdiri pada 20 Mei 1908, dan dianggap sebagai simbol bangkitnya kesadaran kebangsaan, Hari Kebangkitan Nasional baru ditetapkan sebagai hari besar nasional pada tahun 1948 oleh Presiden Soekarno. Penetapan itu bertepatan dengan situasi darurat pasca Agresi Militer Belanda I, sebagai cara membakar semangat nasionalisme rakyat Indonesia.

Mengapa baru tahun 1948? Karena saat itu Indonesia menghadapi ancaman kedaulatan, dan perlu penguatan identitas serta kebanggaan nasional melalui momentum sejarah.

2. Boedi Oetomo Bukan Organisasi Politik Awalnya

Sering kali kita menganggap Boedi Oetomo sebagai organisasi pergerakan politik, tetapi pada awalnya organisasi ini lebih fokus pada kegiatan sosial dan pendidikan. Didirikan oleh para pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) di Batavia, Boedi Oetomo ingin meningkatkan martabat bangsa melalui pendidikan dan kebudayaan.

Pendiri utamanya, dr. Soetomo, bersama tokoh-tokoh seperti Wahidin Soedirohusodo, mendorong peningkatan kecerdasan bangsa melalui jalur non-konfrontatif. Barulah belakangan, arah gerakannya mulai menyentuh isu-isu politik seiring meningkatnya kesadaran nasional.

3. Hari Kebangkitan Nasional Bukan Hari Libur Nasional

Meskipun tergolong sebagai hari besar nasional, Hari Kebangkitan Nasional bukan merupakan hari libur resmi. Artinya, kegiatan kerja, sekolah, dan aktivitas lainnya tetap berlangsung normal. Namun, berbagai instansi dan lembaga biasanya mengadakan kegiatan reflektif seperti upacara bendera, seminar, diskusi sejarah, atau peluncuran buku dan pameran budaya.

4. Fokus Perayaan Bukan Sekadar Boedi Oetomo

Sering kali Hari Kebangkitan Nasional disederhanakan menjadi perayaan lahirnya Boedi Oetomo semata. Padahal, esensi dari peringatan ini adalah kebangkitan kesadaran nasional Indonesia secara umum, tidak terbatas pada satu organisasi saja. Boedi Oetomo memang simbol awal, tetapi gerakan-gerakan selanjutnya seperti Sarekat Islam, Muhammadiyah, Indische Partij, dan Taman Siswa juga merupakan bagian dari rangkaian kebangkitan nasional.

5. Ada Alasan Filosofis di Balik Pemilihan Tanggal 20 Mei

Pemilihan tanggal 20 Mei bukan hanya karena itu adalah tanggal berdirinya Boedi Oetomo. Tanggal tersebut mencerminkan titik awal perubahan pola pikir bangsa, dari yang sebelumnya terfragmentasi secara kedaerahan dan kesukuan, menjadi kesatuan kolektif sebagai “bangsa Indonesia”.

Boedi Oetomo menjadi penanda pertama kalinya rakyat pribumi melakukan gerakan secara terorganisir untuk kepentingan bersama, bukan atas nama kerajaan atau etnis.

6. Perayaan Pertama Hari Kebangkitan Nasional Penuh Simbolisme

Pada tahun 1948, perayaan pertama Hari Kebangkitan Nasional diwarnai oleh banyak simbol dan pesan kuat. Pidato-pidato saat itu mengangkat tema “bersatu untuk merdeka sepenuhnya”. Di tengah penjajahan Belanda yang kembali mencoba menguasai Indonesia, peringatan ini mengingatkan bahwa perjuangan belum berakhir, dan persatuan menjadi kunci utama kemenangan.

7. Hari Kebangkitan Nasional Relevan dengan Isu Kontemporer

Di masa kini, Hari Kebangkitan Nasional tidak hanya dipahami dalam konteks sejarah politik. Banyak kalangan akademisi, guru, dan mahasiswa yang merefleksikan kebangkitan nasional sebagai kebangkitan intelektual, teknologi, ekonomi, dan moralitas bangsa.

Beberapa kampus bahkan mengaitkan perayaan ini dengan gerakan literasi, pendidikan karakter, serta kebangkitan semangat kewirausahaan dan inovasi digital. Makna kebangkitan telah berkembang secara dinamis, dan itulah yang membuat hari ini tetap relevan.

8. Bukan Satu-satunya Tanggal Penting dalam Pergerakan Nasional

Selain 20 Mei, masih ada banyak momen penting dalam sejarah pergerakan nasional yang sebenarnya bisa dijadikan tonggak kebangkitan. Misalnya, pendirian Sarekat Islam tahun 1912, Indische Partij tahun 1912, dan Kongres Pemuda II pada 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda. Namun, pemilihan Boedi Oetomo sebagai titik awal lebih karena nuansa simboliknya sebagai gerakan pertama yang lahir dari kalangan terpelajar pribumi.

9. Pemuda STOVIA Lahirkan Gerakan dengan Modal Sangat Terbatas

Para pelajar yang membentuk Boedi Oetomo di tahun 1908 sebenarnya bukan berasal dari kalangan elite bangsawan yang kaya raya. Mereka adalah pelajar pribumi yang mendapat beasiswa, dan hidup dalam keterbatasan finansial, tetapi memiliki semangat tinggi untuk menciptakan perubahan.

Hal ini menjadi inspirasi bahwa perubahan besar bisa dimulai dari kelompok kecil yang memiliki visi kuat, meski tanpa sumber daya besar.

10. Warisan Hari Kebangkitan Nasional Masih Hidup

Warisan dari Hari Kebangkitan Nasional terus hidup dalam banyak bentuk, termasuk penguatan pendidikan karakter, pengembangan kurikulum sejarah nasional, dan pembentukan organisasi mahasiswa yang kritis terhadap isu-isu kebangsaan.

Banyak sekolah dan perguruan tinggi menjadikan 20 Mei sebagai momentum tahunan untuk menyelenggarakan lomba karya ilmiah, debat sejarah, pementasan drama perjuangan, dan diskusi kebangsaan.

Refleksi untuk Mahasiswa, Guru, dan Dosen: Apa Arti Bangkit Hari Ini?

Untuk mahasiswa dan akademisi, “kebangkitan” hari ini tidak lagi hanya soal meraih kemerdekaan politik, tapi tentang bagaimana kita menyumbangkan pemikiran, inovasi, dan integritas untuk kemajuan bangsa. Guru dan dosen memegang peran penting dalam menanamkan nilai-nilai kebangkitan kepada generasi muda, tidak hanya lewat buku teks, tetapi juga dengan keteladanan.

Kesimpulan Kebangkitan Bukan Sekali, Tapi Terus-Menerus

Hari Kebangkitan Nasional bukan sekadar memperingati masa lalu, melainkan pengingat bahwa kebangkitan adalah proses berkelanjutan. Bangsa yang besar bukanlah bangsa yang hanya bangkit sekali namun stagnan dalam perjalanannya, tapi yang terus bangkit setiap kali menghadapi tantangan.

Dengan memahami sisi-sisi yang jarang diketahui tentang Hari Kebangkitan Nasional, kita diingatkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari hal kecil—seperti diskusi di kelas, karya tulis ilmiah, atau semangat gotong royong di masyarakat.

Cinulu adalah platform terbuka bagi para pelajar untuk berbagi karya melalui tulisan dalam bentuk artikel, opini, sampai dengan rekomendasi buku. Kamu juga bisa menulis disini dengan cara bergabung sebagai anggota di website ini. Gratis!

Responses

Bagikan post ini!

Buku