Penyebab Siswa Sekolah Rakyat Mundur: Bukan Fasilitas, Ini Akar Masalahnya

Penyebab Siswa Sekolah Rakyat Mundur
Ruang kelas Sekolah Rakyat di Bekasi. Kementerian Sosial menambah 10 titik lokasi Sekolah Rakyat, total menjadi 63 titik lokasi di Aceh sampai Papua. Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha

Program prioritas nasional Sekolah Rakyat yang digagas dengan fasilitas lengkap dan serba gratis dikejutkan oleh fenomena pengunduran diri ratusan siswanya. Namun, penelusuran lebih dalam menunjukkan bahwa alasan di balik keputusan tersebut bukanlah karena kualitas fasilitas atau akademik, melainkan berakar pada isu-isu psikologis dan sosial yang fundamental, terutama ketidaksiapan siswa menghadapi perubahan drastis dalam kehidupan mereka.

Budaya dan Rindu Keluarga Jadi Alasan Utama Penyebab Siswa Sekolah Rakyat Mundur

Alasan utama yang paling dominan adalah kesulitan beradaptasi dengan model sekolah berasrama (boarding school) yang terstruktur dan disiplin. Banyak siswa yang terbiasa dengan kebebasan di lingkungan rumah merasa terkejut dan terbebani oleh jadwal yang padat, mulai dari bangun subuh untuk kegiatan keagamaan, olahraga, belajar di kelas, hingga aktivitas terstruktur lainnya di malam hari.

Seorang siswa di Yogyakarta secara gamblang mengungkapkan alasan sederhananya untuk mundur. “Alasannya, saya nggak bisa main dengan teman-teman,” ungkapnya sebagaimana dilaporkan media, sebuah pernyataan yang menyiratkan hilangnya ruang sosial informal dan kebebasan personal yang sebelumnya ia nikmati.

Kondisi ini diperparah oleh kebijakan larangan membawa gawai yang bertujuan meningkatkan fokus belajar. Aturan ini secara tidak langsung membatasi komunikasi siswa dengan keluarga, memperdalam perasaan rindu rumah (homesick) yang secara alami muncul pada masa-masa awal adaptasi. Laporan dari berbagai lokasi, seperti di Jakarta, mencatat kisah siswa yang menangis setiap hari selama minggu pertama karena tidak tahan menahan rindu pada keluarga.

Pakar sosiologi dari IPB University, Prof Lala M Kolopaking, menilai fenomena ini sebagai hal yang dapat diprediksi. Dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh IPB University, ia menjelaskan bahwa ketidakbetahan siswa sangat mungkin disebabkan oleh keterkejutan budaya dan ketercerabutan mereka dari lingkungan sosial yang akrab. “Kalau katanya tidak betah, boleh jadi orang yang sekolah di situ memang jauh dari budaya lokal. Bisa jadi mereka mengalami homesick,” jelasnya.

Dilema Keluarga dan Tanggung Jawab Personal

Selain faktor adaptasi personal, alasan yang bersifat keluarga juga memainkan peran krusial dalam keputusan siswa untuk mundur. Sejumlah siswa mengaku tidak sanggup untuk berpisah jauh dari orang tua mereka untuk waktu yang lama.

Masalah menjadi lebih kompleks bagi siswa dengan kondisi keluarga tertentu. Kementerian Sosial (Kemensos) mengidentifikasi beberapa kasus di mana siswa yang berstatus yatim atau piatu memiliki tanggung jawab untuk menjaga orang tua tunggal mereka di rumah. Bagi mereka, kesempatan mengenyam pendidikan gratis berbenturan langsung dengan kewajiban dan ikatan emosional terhadap keluarga, sebuah dilema yang sulit untuk diabaikan.

Fenomena ini menyoroti adanya kesenjangan antara persiapan fisik yang disediakan program dengan kesiapan mental para pesertanya. Meskipun pemerintah telah menyediakan fasilitas unggulan, mulai dari asrama layak, seragam lengkap, hingga laptop pribadi, alasan pengunduran diri justru datang dari ranah non-material yang berpusat pada kebutuhan psikologis dan ikatan sosial.

Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono, dalam sebuah kesempatan, memandang tren ini sebagai bagian dari proses penyesuaian yang wajar, mengingat perbedaan besar antara rutinitas di rumah dengan kehidupan di asrama. Namun, besarnya angka pengunduran diri yang mencapai 115 siswa dari total 9.705 siswa pada fase awal, menjadi sebuah sinyal penting bahwa aspek pendampingan psikologis dan persiapan adaptasi sosial perlu menjadi fokus evaluasi utama agar program ini dapat berjalan lebih efektif di masa mendatang.

Responses

Cinulu adalah platform terbuka bagi para pelajar untuk berbagi karya melalui tulisan dalam bentuk artikel, opini, sampai dengan rekomendasi buku. Kamu juga bisa menulis disini dengan cara bergabung sebagai anggota di website ini. Gratis!

Bagikan post ini!

Buku