Alumni UB Ciptakan Beras Tinggi Protein Pertama di Dunia yang Dikomersialkan

Alumni Universitas Brawijaya, Herry S Utomo ciptakan beras tinggi protein yang diklaim menjadi pertama di dunia. Foto: dok. Universitas Brawijaya
Alumni Universitas Brawijaya, Herry S Utomo ciptakan beras tinggi protein yang diklaim menjadi pertama di dunia. Foto: dok. Universitas Brawijaya

CINULU.id – Sebuah terobosan di sektor pangan global datang dari seorang ilmuwan diaspora Indonesia, Prof. Ir. Herry S. Utomo, MS, PhD. Alumnus Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) ini berhasil mengembangkan beras tinggi protein yang dinamakan Cahokia Rice. Inovasi ini diklaim sebagai yang pertama di dunia untuk kategori beras dengan protein tinggi yang dikembangkan tanpa rekayasa genetika (non-GMO) dan telah berhasil menembus pasar komersial Amerika Serikat.

Beras ini tidak hanya unggul dalam kandungan protein, tetapi juga memiliki indeks glikemik (GI) yang sangat rendah, menjadikannya solusi pangan fungsional yang potensial untuk menjawab tantangan gizi global, termasuk stunting dan diabetes.

Berawal dari Misi Kemanusiaan

Di balik inovasi ini terdapat visi yang kuat untuk memberikan dampak sosial. Prof. Herry S. Utomo, yang kini menjabat sebagai tenured professor di Louisiana State University (LSU) AgCenter, Amerika Serikat, mengembangkan varietas ini melalui proses riset yang panjang.

“Cahokia Rice bukan hanya inovasi sains, tapi juga misi kemanusiaan. Kami ingin menciptakan solusi pangan yang sehat, alami, dan dapat membantu mengatasi masalah kekurangan gizi global, terutama protein,” ungkap Prof. Herry dalam sebuah wawancara dengan Kumparan pada 6 Agustus 2025.

Motivasi ini didasari keyakinannya bahwa ilmu pengetahuan harus memberikan manfaat nyata. Dalam sebuah kesempatan berbeda, ia menegaskan kembali prinsipnya. “Saya selalu percaya bahwa setiap ilmu harus dikembalikan kepada masyarakat. Ilmu yang hanya berhenti di jurnal tidak cukup,” ujarnya kepada Kompas.com pada 10 Agustus 2025.

Protein Tinggi dan Indeks Glikemik Rendah

Cahokia Rice memiliki profil nutrisi yang secara signifikan berbeda dari beras putih pada umumnya. Berdasarkan data dari LSU AgCenter, berikut adalah keunggulan utamanya:

  • Kandungan Protein Tinggi: Beras ini mengandung protein sekitar 10.6%, atau 50-60% lebih tinggi dibandingkan beras putih biasa yang rata-rata hanya memiliki protein sekitar 6-7%.
  • Indeks Glikemik Sangat Rendah: Dengan nilai GI 41, beras ini masuk dalam kategori pangan rendah indeks glikemik. Sebagai perbandingan, beras putih biasa memiliki GI sekitar 73. Nilai GI yang rendah membuat pelepasan gula ke dalam darah terjadi secara perlahan, sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes dan membantu menjaga berat badan. LSU AgCenter bahkan menyatakan nilai GI 41 adalah “yang terendah yang pernah dilaporkan di seluruh dunia untuk beras komersial.”

Pengembangan varietas ini dilakukan melalui metode pemuliaan tanaman tradisional yang dikombinasikan dengan seleksi mutasi alami. “Kami pilih jalur non-GMO agar bisa diterima lebih luas,” jelas Prof. Herry mengenai keputusannya untuk menghindari rekayasa genetika, seperti yang disampaikannya kepada Good News From Indonesia.

Sukses di Pasar Internasional dan Potensi untuk Indonesia

Keberhasilan inovasi ini tidak hanya berhenti di laboratorium. Setelah dipatenkan, Cahokia Rice berhasil dikomersialkan dan kini tersedia di lebih dari 100 jaringan ritel dan restoran di Amerika Serikat, termasuk dijual di platform e-commerce seperti Amazon dan Walmart.com.

Melihat keberhasilan ini, Prof. Herry memiliki visi untuk membawa teknologi beras tinggi protein ini ke tanah air. Menurutnya, adopsi varietas serupa di Indonesia memiliki potensi besar untuk membantu mengatasi masalah gizi nasional.

Dalam sebuah keterangan kepada detik.com pada 11 Agustus 2025, ia memaparkan, “Jika varietas ini ditanam secara luas di Indonesia, maka dapat berkontribusi terhadap tambahan asupan protein nasional hingga 1 juta ton per tahun, atau setara dengan 3,6 juta ton daging.”

Potensi ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi strategis untuk program penanganan stunting dan peningkatan ketahanan gizi masyarakat Indonesia di masa depan. Saat ini, penjajakan untuk kerja sama riset dengan berbagai institusi di dalam negeri sedang diupayakan untuk mengadaptasi teknologi ini agar sesuai dengan kondisi agroklimat Indonesia.

Referensi

Responses

Cinulu adalah platform terbuka bagi para pelajar untuk berbagi karya melalui tulisan dalam bentuk artikel, opini, sampai dengan rekomendasi buku. Kamu juga bisa menulis disini dengan cara bergabung sebagai anggota di website ini. Gratis!

Bagikan post ini!

Buku